Jumat, 15 April 2011

laboratorium ilmu ukur tanah dalam teknik sipil

BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Ilmu Ukur Tanah adalah ilmu yang mempelajari metode atau cara pengukuran di atas permukaan bumi, baik sebahagian kecil maupun besar. Ilmu ukur tanah adalah sebagian dari ilmu geologi yang praktisnya menghasilkan gambaran dari sebagian maupun seluruh unsur permukaan bumi yang disebut peta.
A.    Ilmu Geodesi.
Ilmu Geodesi adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk permukaan bumi (penentuan bentuk, ukuran serta medan gravitasinya). Pengukuran yang dilakukan pada permukaan bumi memiliki bentuk yang tidak beraturan, sehingga diperlukan suatu bidang tertentu yang dapat digunakan sebagai patokan (referensi) baik hasil ukuran maupun bentuk hitungan, bidang tersebut dinyatakan sebagai bidang geoid.
Ilmu Geodesi dapat dibagi dalam dua cara, yaitu:
-         Cara ilmiah adalah untuk mempelajari bentuk dan besarnya bulatan bumi.
-          Cara praktis adalah ilmu yang mempelajari penggambaran dari sebagian besar maupun kecil dari permukaan yang dinamakan peta.
Untuk Teknik Sipil dipakai cara praktis yang mana kebutuhannya adalah perencanaan pengairan, jalan raya, jaringan transmisi dan sebagainya.
B.    Peta
Peta adalah gambaran dari permukaan bumi, dilihat secara vertikal dari atas bidang datar.
Hal yang menunjang pembuatan peta terdiri atas dua bagian:
1.      Posisi Vertikal
Kedudukan dari suatu titik yang dinyatakan dengan relatif terhadap titik lain dalam suatu bidang vertikal.
2.      Posisi Horizontal
Kedudukan suatu titik yang dinyatakan dengan relatif terhadap titik lain dalam suatu bidang horizontal.
Adapun proses untuk penggambaran suatu peta adalah:
1.      Pengukuran di lapangan (Pengambilan data)
2.      Pengolahan hasil ukuran (proses hitungan)
3.      Proses penggambaran.
Pada saat sekarang ini telah ditemukan beragai macam alat ukur mulai dari alat ukur untuk mengukur jarak, tinggi, kecepatan, dan sudut . biasanya ,kita menggunakan alat ukur yang berupa mistar atau meteran untuk mengukur panjang pendeknya , tinggi rendahnya suatu benda. Mempunyai permukaan yang tidak ata dan alat apakah harus kita gunakan dalam pengukuran.
Tidak seperti pengukuran lainnya, pengukuran tanah ini betujuan agar kita dapat mengetahui keadaan permukaan tanah yang berada disekitar daerah yang diukur. Karena biasanya dalam pembuatan perencanaan jalan raya baik itu poligon terbuka maupuan tertutup terlebih dahulu harus melakukan pengukuran tanah . bertujuan untuk mengetahui berapa banyak timbunan atau galian yang dibutuhlan agar permukaan tanah itu menjadi ideal untuk pembuatan jalan. Ataupun pembuatan perencanaan bangunan dan juga khususnya jalan raya berapakan kemiringan yang dibutuhkan antara  jalan dengan bahu jalan.
I.2. Maksud dan Tujuan Penulisan
                       Maksud
Tujuan instruksional umum:
Setelah mempelajari bagian ini diharapkan para pembaca akan mempunyai wawasan yang luas dan pengertian yang mendalam mengenai pemakaian teknik pemetaan dan pengukuran tanah dalam pekerjaan konstruksi.
Tujuan Instruksional khusus:
1.      Pembaca mampu mengidentifikasi pekerjaan dan perhitungan luas dan isi dalam kaitannya dengan pekerjaan sipat datar/lengkap dengan perhitungannya.
2.      Agar memiliki kemampuan membedakan jenis lingkungan dan pelaksanaan perencanaan lingkungan dalam kaitannya dengan belokan dan tanjakan serta turunan
3.      Agar mampu mengidentifikasikan pekerjaan pemasokan yang berkaitan dengan pekerjaan yang bersifat linear ataupun lingkungan.
                        Tujuan
Sedangkan tujuan dari pengukuran tanah adalah untuk memperoleh gambaran bagian permukaan bumi melalui pengukuran yang relavan sehinggga dari hasil pengukuran ini dapat kita transformasikan dalam bentuk peta. Selain itu kita dapat mengetahui bentuk permukaan bumi dan apa yang kita buat dari bentuk permukaan bumi seperti yang kita dapat atau telah diketahui.
I.3. Metodologi Penulisan
Metode yang dipakai dalam menyusun laporan adalah :
1.      Kajian pustaka ( library research ) adalah metode yang dipakai untuk    mengumpulkan data data yang diperlukan dengan melalui bahan bacaan, seperti buku buku dan bahan kuliah sebagai bahan masukan atau ilmu yang sangat bermanfaat dalam penyusunan laporan ini.
2.      Pengambialan data ( field research ) adalah metode dimana data diperoleh dengan terjun langsung dilapangan untuk mengamati objek penelitian dengan mengumpulkan data actual melalui pengamatan langsung.
3.      Pengolahan data  ( deskriletif  ) adalah merupakan  metode untuk       menganalisis data data yang didapatkan dilapangan dengan menjadikan kajian pustaka sebagai reffrensi dalam menganalisa.
I.4. Sistematika Penulisan
 Dalam penulisan ini, Penulis memformat penulisan dalam sebuah kerangka yang sistematis atau terdiri beberapa bab dan dibagi beberapa sub bab, sebagai berikut  :
BAB  I         : Menjelaskan mengenai latar belakang, maksud dan tujuan serta sistematika penulisan.
BAB  II       : Membahas tentang teori dasar termasuk didalamnya polygon, serta kantor segala yang berkenaan dengan alat penyipat datar (waterpass) dan alat ukur theodolit serta rumus-rumus dasar yang dipakai.
BAB  III      : Pelaksanaan praktikum menyangkut praktikum alat penyipat dasar (waterpass) dan Theodolit.
BAB  IV      : Menganalisa data serta pemecahan yang berkaitan dengan pengolahan data hasil pengukuran.
BAB  V       :  Memberikan kesimpulan berdasarkan pembahasan pembahasan serta saran-saran permasalahan.



BAB II
TINJAUAN TEORI
Gambaran Umum
                       Sejarah dan Cabang Keilmuan
Perkembangan ilmu pengukuran tanah berasal dari bangsa romawi, ditandai dengan pekerjaan konstruksi diseluruh wilayah kekaisaran dan ilmu ini dilestarikan oleh bangsa arab yang disebut ilmu geometri praktis.Abad ke 13, van piso dalam karyanya “ Practica Geometria “ menguraikan bahwa pengukuran tanah dan dilanjutkan oleh liber quadratorium dengan konsep.
Dari segi peralatan, astrolabe adalah istrumen yang dipakai pada alat ini berbentuk lingkaran logam dan petunjuk  berputar dipusatnya di pegang oleh cicin diatasnya dan batang silung ( cross staff ) panjang batang menyebabkan jaraknya bisa diukur dengan perbandingan sudut.
Sinergis dengan perkembangan zaman dan komplesitas perkembangan bidang konstruksi, maka ilmu ini mengalami perkembangan pula sebagai konsekwensi atas tuntutan kebutuhan akan profesionalismenya dalam perencanaan pekerjaan konstruksi.
Pada perkembangannya ilmu geodasi ini mengalami proses spesifikasi keilmuan diantaranya, ilmu ukur tanah, survey – survey pemetaan, engejinering, agrokuntur, dan lain – lain. Dari spesifikasi kita memperlihatkan adanya kecenderungan dimana ilmu geodasi menjadi dasar urugen pada bidang keilmuan lainnya, selain itu dari bidang konstruksi, seperti pertanahan, perhutanan, ilmu kelautan, pertanian, perikanan, pertambangan dan lain – lain. Walaupun ada spesifikasi tersebut, itu tidak mempengaruhi tingkat substansinya dan hal ini juga memiliki kesamaan pendekatan, baik proses pengambilan data sampai pada proses pengolahan yang membedakan adalah tingkat aplikasinya.       
Tujuan dan aplikasi ilmu ukur tanah
Perencanaan yang dilandaskan oleh perhitungan yang teliti bagi pembangunan tersebut, akan mengantarkan manuasia mendapatkan hasil yang optimal sebagai imbalan dari jerih payah tersebut.
Adapun maksud dari pngukuran tanah merupakan salah satu langkah yang sangat penting dalam bidang rekayasa terutama dalam bidang teknik sipil. Pengukuran ini diperlukan untuk merencanakan antara lain: jalan raya, jembatan, terowongan, saluran irigasi, bendungan, bangunan gedung, serta pengaplingan tanah. Para perencana pada bidang teknik sipil yang merencanakan pengukuran harus mengerti metode dan instrument yang dipakai termasu kemampuan alat dan keterbatasnya
Aplikasi pemetaan yang dimaksud dalam bagian ini adalah pemetaan yang pekerjaan ukurnya dilakukan setelah peta yang pertama dipakai oleh para perancang dan perencana dalam merencanakan pembangunan atau pekerjaan konstruksi yang mereka maksud. Selanjutnya hasil desain dan perencanaan yang mereka maksud, dituangkan di atas peta tersebut Pada pemetaan jenis kedua ini, pekerjaan yang dilakukan misalnya, stakeOut (Pematokan). Hal ini dilakukan dari atas peta yang menyiratkan pola dua dimensi dan ditransformasikan kepermukaan bumi yang berarti tiga dimensi.
Pengukuran Jarak
Yang dimaksud dengan pengukuran jarak adalah pengukuran panjang antara dua buah titik baik secara langsung maupun tidak langsung, dan bisa dilaksanakan bertahap atau menjadi beberapa bagian ataupun tidak.
Pengukuran jarak langsung biasanya menggunakan instrument atau alat ukur seperti pita ukur, langkah alat ukur jarak elektronik, distance meter (EDM) yang disebutkan dengan EDM (Elektronic Distance Meter), adalah alat ukur jarak yang memanfaatkan gelombang elektromagnetik sebagai unsur jarang yang diukur. Penguburan jarak tidak langsung, pada umumnya menggunakan instrument ukur jarak yang mendasarkan pada metode techimetri, metode optik, dsb. Dan pengukuran jarak optis dapat dilakukan pengukuran jarak menurut dua cara yaitu penggunaan bagi optis Richard (sudut patalaktis tetap) atau dengan menggunakan garis bidik horizontal dengan ukuran tertentu pada sasaran.
Pengukuran Elevasi dan Penyipat Datar
Yang dimaksud dengan sifat datar adalah suatu cara pengukuran tinggi, di mana selisih-selisih tinggi antara titik yang berdekatan ditentukan dengan garis-garis vizir horizontal yang ditujukan ke rambu-rambu yang vertikal, dan adapun peralatan ukur sifat datar dan paling tidak memerlukan dua alat utama yaitu alat ukur sifat datar (waterpas atau level) dan rambu ukurnya kedua alat ini umumnya di lengkapi dengan nivo yang berfungsi untuk mendapatkan sipatan mendatar dari kedudukan alat-alat tersebut serta unting-unting untuk menempatkan kedudukan alat di atas titik yang bersangkutan dan adapun jenis-jenis pengukuran sifat datar.
A.    Sifat datar memanjang
Tujuan Pengukuran ini umumnya untuk mengetahui ketinggian dari titik-titik yang dilewatinya dan biasanya diperlukan sebagai kerangka vertikal bagi suatu daerah pemetaan.


B.     Sifat datar resiprokal
Ke lainan pada sifat ini adalah pemanfaatan konstruksi serta tugas nivo yang dilengkapi dengan skala pembaca bagi pengungkitan yang dilakukan terhadap nivo tersebut.
C.     Sifat datar profil
Tujuan pengukuran ini umumnya adalah untuk mengetahui profil dari suatu trace baik jalan ataupun saluran, sehingga selanjutnya dapat diperhitungkan banyaknya galian dan timbunan yang perlu dilakukan pada pekerjaan konstruksi.
D.    Sifat datar luas
Pada jenis pengukuran sifat datar ini yang paling diperlukan adalah penggambaran profil dari suatu daerah pemetaan yang dilakukan dengan mengambil ketinggian titik-titik detail di daerah tersebut dan dinyatakan sebagai wakil dari ketinggiannya.
Pengukuran Sudut
Sudut adalah selisih dua buah arah dari dan buah target di titik pengamatan pada pekerjaan ini diukur arah dan dua titik atau lebih yang dibidik dari satu titik control
(a)    Satuan sudut
Dasar untuk menyatakan besarnya sudut ialah lingkaran yang dalam empat bagian yang dinamakan kuadran.
(b)    Sudut arah: Azmiuth dan kuadran
Pengukuran sudut arah merupakan suatu sistem penentuan arah garis dengan memakai sebuah sudut dan huruf-huruf kuadran.
(c)    Pengertian sudut horizontal dan vertikal
Sudut horizontal adalah pengukuran dasar yang diperlukan untuk penentuan sudut arah dan azimuth sudut vertikal adalah selisih arah antara dua garis perpotongan di bidang vertikal.
Penentuan Titik Koordinat
Pengertian Koordinat adalah transformasi argument yang dilakukan diantara kedua sistem kuordinat yang berlaku di atas yaitu diantara sistem koordinat siku-siku dan sistem koordinat polar atau sebaliknya dan pemilihan titik fundamental bagi suatu pekerjaan pemetaan dapat dilakukan sesuai dengan pendefinisian yang dipilih sebelumnya misalnya:
a.       Sistem koordinat lokal artinya titik fundamental bagi daerah pemetaan yang bersangkutan dipilih sembarang disekitarnya.
b.      Sistem koordinat regional, misalnya suatu pengukuran dengan koordinat awalnya dinyatakan dalam sistem koordinat yang ada (misalnya sistem koordinat DKI).
c.       Sistem koordinat nasional artinya: titik fundamental bagi daerah pemetaan yang bersangkutan di ikatkan kepada sistem koordinat nasional.
d.      Sistem koordinat dunia.
Luasan dan Volume
Luas adalah jumlah areal yang menproyeksi pada :
-          Metode pengukuran luas ada 2 cara:
a.       Diukur pada gambar situasi (pengukuran tidak langsung)
b.      Dihitung dengan menggunakan data jarak dan sudut yang langsung diperoleh dari pengukuran di lapangan pengukuran langsung, metode ini menghasilkan perhitungan yang lebih akurat.
Volume adalah isi dari suatu benda pengukuran volume secara langsung jarang dikerjakan dalam pengukuran tanah, karena sulit untuk menerapkan dengan sebenarnya sebuah satuan terhadap material yang terlihat sebagai gantinya.
-          Metoda diagonal dan tegak lurus
Apabila suatu segitiga dasarnya: (tingginya: h dan luasnya = S maka
S    =
Apabila sudut α antara B sisi B dan C diketahui
Maka
S          =  b c d sin α
Cara perhitungan volume
Pekerjaan konstruksi di lapangan memerlukan pekerjaan galian dan timbunan, baik konstruksi jalan ataupun pembangunan besar lainnya: pekerjaan konstruksi dapat dibedakan menjadi dua yaitu (sinaga, indra; 1994).
a.       Bentuk sempit dan memanjang yaitu yang menyangkut galian dan timbunan seperti jalan raya dan saluran pengairan.
b.      Bentuk lebar misalnya bendungan, lapangan parker, lapangan olah raga, dll.
Rumus-Rumus Perhitungan
Water Pass
1. Perhitungan Jarak Optis
 Rumus     :    D  =  ( BA – BB ) x 100 =
 Dimana    :  D    = Jarak Optis
                                     BA = Bidang Atas
                                      BB =  Bidang Bawah
2.  Perhitungan Jarak Optis Rata-rata
                   Rumus :  

3.  Perhitungan Beda Tinggi Patok Utama
Rumus :      ΔH = BTBLK  –  BTMK
Perhitungan Beda Tinggi Rata – Rata                              
Rumus  : 
5.  Perhitungan Beda Tinggi Patok Detail
                Rumus   :   ΔHd = BT. Patok Utama – BT. Patok Detail
                  Dimana   :  ΔHd = Beda Tinggi Detail
                                        BT   = Benang Tengah
6.  Perhitungan Koreksi
Rumus :   
7.  Perhitungan Beda Tinggi Setelah Koreksi
Rumus       ΔH = H rata-rata ± H koreksi
8.  Perhitungan Tinggi Titik Patok Utama
     Rumus   :  HP = Tinggi Titik Diketahui  ±   ΔH  – Koreksi
                Dimana  : ΔH = Beda Tinggi Rata-rata
9. Perhitungan Tinggi Titik Patok Detail
Rumus  :  HD  =  TT  Patok Utama – Beda Tinggi Detail
                 Dimana : HD = Tinggi Titik Detail
                            TT = Tinggi Titik
10. Perhitungan Kemiringan Profil Memanjang
Rumus  :  
11. Perhitungan Kemiringan Profil Melintang
                   Rumus  : 
12.  Perhitungan Masa Galian
13.  Perhitungan Masa Timbunan

Theodolit
1. Perhitungan Sudut Jurusan
Rumus    : β = Sudut muka – Sudut belakang ± 360˚
Dimana  :  β         = Sudut Jurusan (Sudut Patok Utama)
                                    muka  = Sudut Muka
                                    blk      = Sudut Belakang
2.  Perhitungan Koreksi Sudut Horisontal ( ƒβ )
Rumus       :   ƒβ = (n + 2) . 180˚ - ∑β

3.  Perhitungan Koreksi Untuk Tiap Patok
                  Rumus       : 
4.  Perhitungan Sudut Horisontal Setelah Koreksi
Rumus           :  β’  =  βρ  ±  κβ
5.  Perhitungan Sudut Horisontal Patok Detail
Rumus     : βd  =  L detail – LBlk Patok Utama ± 360˚
Dimana    : βd  =  Sudut Patok Detail
6.  Perhitungan Azimut Benar Patok Utama
Rumus      :  αβ  =  αdiketahui  +  β - 180˚ ± 360˚
Dimana     :    β  =  Sudut Patok Utama
α    =  Azimut diketahui
αβ =  Azimut Benar Patok Utama
 7.  Perhitungan Azimut Benar Patok Detail
Rumus      :  α detail  =  αβ – θd - 180˚ ± 360˚
Dimana     :  α detail  =  Azimut Benar Patok Detail
                                       αβ          =  Azimut Benar Patok Utama
                                       θd          =  Sudut detail

8. Perhitungan Besar Sudut Lereng Patok Utama
                  Rumus          :  = 90˚ - V Patok Utama
Dimana        :  =  Sudut lereng
                                          V =  Sudut Vertikal Patok Utama
9.  Perhitungan Besar Sudut Lereng Patok Detail
Rumus : detail  = 90˚ - V detail
                   Dimana : detail = Sudut lereng
                                  Vdetail =  Sudut Vertikal detail
10. Perhitungan Jarak Proyeksi Patok Utama
 Rumus    : DP = (BA – BB) x 100 Cos²
                    Dimana   : DP = Jarak Proyeksi Patok Utama
                                                  D   = (BA – BB) x 100 / Jarak Optik
                                                     =  Sudut Lereng Patok Utama
11.  Perhitungan Jarak Proyeksi Patok Detail
                       Rumus        : Dd  =  Dd Cos² d
                       Dimana      :  Dd  =  Jarak Proyeksi Patok Detail
                                            D    =  Jarak Ptik (BA – BB) x 100
                                            d  = Sudut Lereng Detail
12. Perhitungan Titik Absis dan Ordinat Patok Utama
                         Rumus            :  Fx  =  Dp Sin  . αβ
                                                  Fy  =  Dp Cos . αβ
                        Dimana            :  Fx  =  Absis
                                                  Fy  =  Ordinat
                                                  Dp  =   Jarak Proyeksi
                                                  αβ  =  Sudut Azimut Benar Patok Utama
13.  Perhitungan Koreksi Titik Absis dan Ordinat Patok Utama
Koreksi Absis
Rumus         : 
Dimana       :  Kx        =  Koreksi Absis
                                           Dp        =  Jarak Proyeksi Patok Utama
                                              =  Jumlah Jarak Proyeksi Patok Utama
                                             =  Jumlah Absis
 Koreksi Ordinat
          Rumus         : 
                      Dimana       :  Ky        =  Koreksi Ordinat
                     Dp        =  Jarak Proyeksi Patok Utama
                       =  Jumlah Jarak Proyeksi Patok Utama
                      =  Jumlah Ordinat
14. Perhitungan Koordinat Patok Utama
Rumus    :  x  =  xdik  ±  Fx  ±  Kx
15.  Perhitungan Selisih Absis Detail
                      Rumus   :  X  =  Dd Sin αd
 Dimana : X    =  Selisih Absis Detail
                                        Dd =  Jarak Proyeksi Detail
                                     αd =  Azimut Benar Detail
16.  Perhitungan Selisih Ordinat Detail
 Rumus   :  Y  =  Dd Cos αd
Dimana : Y   =  Selisih Ordinat Detail
                                      Dd =  Jarak Proyeksi Detail
                                       αd =  Azimut Benar Detail
17.  Perhitungan Koordinat Detail
                      Rumus   :  Xdetail  =  Xpatok utama  ±  Xdetail                                                                     
                                        Ydetail  =  Ypatok utama  ±  Ydetail
               Dimana         :  Xdetail  =  Absis Detail
Ydetail  =  Ordinat Detail
18.  Perhitungan Beda Tinggi Patok Utama
                     Rumus    :  ∆H  =  D ½ . Sin . 2θ + (TP – BT).
                     Dimana   :  ∆H  =  Beda Tinggi
                                      D     =  Jarak Optis
                                      θ      =  Sudut Lereng Patok Utama   
19. Perhitungan Koreksi Tiap Patok / Koreksi Beda Tinggi
                    Rumus     : 
                     Dimana   :  K     =  Koreksi Tiap Patok / Koreksi Beda Tinggi
                                        ∑BT =  Jumlah Beda Tinggi Patok
                                        n       =  Jumlah Patok
20.  Perhitungan Jarak Optis
                      Rumus   :  D  =  ( BA – BB )  x  100
                       Dimana             :  D   =  Jarak Optis
                                                  BA =  Benang Atas
                                                  BB =  Benang Bawah
21. Perhitungan Jarak Optis Detail
                     Rumus    :  D detail  =  (BA – BB) detail  x  100
                     Dimana   :  D detail  =  Jarak Optis Detail
                                        BA          =  Benang Atas
                                        BB         =  Benang Bawah
               22. Perhitungan Jarak Optis Detail
                     Rumus    :  D detail  =  (BA – BB) detail  x  100
                     Dimana   :  D detail  =  Jarak Optis Detail
                                        BA          =  Benang Atas
                                       BB          =  Benang Bawah
23. Perhitungan Tinggi Titik Patok Utama
                     Rumus    :  Hpu  =  Hdiketahui  ±  Bt  –  k
                     Dimana      Hpu  =  Tinggi Titik Patok Utama
                                        Hdik =  Tinggi Titik Diketahui
                                       Bt     =  Beda Tinggi
                                       k       =  Koreksi
               24. Perhitungan Tinggi Titik Detail
Rumus     :   Hdetail  =  Hpu   ±   ∆Hdetail
                     Dimana    :    Hdetail  =   Tinggi Titik Detail
                                            Hpu       =   Tinggi Titik Patok Utama
                                          ∆Hdetail =   Beda Tinggi Detail
Dasar-dasar Perencanaan
Perencanaan geometrik jalan merupakan bagian dari perencanaan jalan yang dititik beratkan pada perencanaan bentuk fisik sehingga dapat memenuhi fungsi dasar dari jalan yaitu memberikan pelayanan yang optimum pada arus lalu lintas dan sebagai akses ke rumah-rumah.
Jalan raya
Penampang melintang jalan merupakan potongan melintang tegak lurus sumbu jalan. Pada potongan melintang jalan dapat terlihat bagian-bagian jalan. Bagian-bagian jalan yang utama dapat dikelompokkan sebagai berikut :
A.    Bagian yang langsung berguna untuk lalu lintas
1.      Jarul lalu lintar
2.      Lajur lalu lintas
3.      Bahu jalan
4.      Trotoar
5.      Median
B.     Bagian yang berguna untuk drainase jalan
1.      Saluran samping
2.      Kemiringan melintang jalur lalu lintas
3.      Kemiringan melintang bahu
4.      Kemiringan lereng.
C.     Bagian pelengkap jalan
1.       Kereb
2.       Pengaman tepi
D.     Bagian konstruksi jalan
1.       Lapisan perkerasan jalan
2.       Lapisan pondasi atas
3.       Lapisan pondasi bawah
4.       Lapisan tanah dasar
E.      Daerah manfaat jalan (damaja)
F.      Daerah milik jalan (damija)
G.     Daerah pengawasan jalan (dawasja)
Jalur lalu lintas (traveled way = carriage way) adalah keseluruhan bagian perkerasan jalan yang diperuntukkan untuk lalu lintas kendaraan. Lebar kendaraan penumpang pada umumnya vervariasi antara 1,50 m – 1,75m. Bina Marga mengambil lebar kendaraan rencana untuk mobil penumpang adalah 1,70 m, dan 2,50 m untuk kendaraan rencana truk/bis/semitrailer.
Pada jalan lokal (kecepatan rendah) lebar jalan minimum 5,50 m (2 x 2,75 m) cukup memadai untuk jalan 2 lajur dengan 2 arah. Dengan pertimbangan biaya yang tersedia, lebar 5 m pun masih diperkenankan. Jalan arteri yang direncanakan untuk kecepatan tinggi, mempunyai lebar laju lalu lintas lebih besar dari 3,25 m, sebaiknya 3,50 m.
Kemiringan melintang jalur lalu lintas di jalan lurus diperuntukkan terutama untuk kebutuhan drainase jalan. Air yang jatuh di atas permukaan jalan supaya cepat dialirkan ke saluran-saluran pembuangan. Kemiringan melintang bervariasi antara 2% - 4%, untuk jenis lapisan permukaan dengan mempergunakan bahan pengikat seperti aspal atau semen.
Sedangkan untuk jalan dengan lapisan permukaan belum mempergunakan bahan pengikat seperti jalan berkerikil, kemiringan melintang dibuat sebesar 5%.
Bahu jalan adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu lintas yang berfungsi sebagai:
1.      Ruangan untuk tempat berhenti sementara kendaraan yang mogok atau yang sekedar berhenti karena pengemudi ingin berorientasi mengenai jurusan yang akan ditempuh, atau untuk beristirahat.
2.      Ruangan untuk menghindarkan diri dari saat-saat darurat, sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan.
3.      Memberikan kelegaan pada pengemudi, dengan demikian dapat meningkatkan kapasitas jalan yang bersangkutan.
4.      Memberikan sokongan pada konstruksi perkerasan jalan dari arah samping.
5.      Ruangan pembantu pada waktu mengadakan pekerjaan perbaikan atau pemeliharaan jalan (untuk tempat penempatan alat-alat, dan penimbunan bahan material).
6.      ruangan untuk lintasan kendaraan-kendaraan patroli, ambulans, yang sangat dibutuhkan pada keadaan darurat seperti terjadinya kecelakaan.
Jenis Bahu
Berdasarkan tipe perkerasannya, bahu jalan dapat dibedakan
·    Bahu yang tidak diperkeras, yaitu bahu yang hanya dibuat dari material perkerasan jalan tanpa bahan pengikat. Biasanya digunakan material agregat bercampur sedikit lempung. Bahu yang tidak diperkeras ini dipergunakan untuk daerah-daerah yang tidak begitu penting, di mana kendaraan yang berhenti dan mempergunakan bahu tidak begitu banyak jumlahnya.
·    Bahu yang diperkeras, yaitu bahu yang dibuat dengan mempergunakan bahan pengikat sehingga lapisan tersebut lebih kedap air dibandingkan dengan bahu yang tidak diperkeras. Bahu jenis ini dipergunakan: untuk jalan-jalan di mana kendaraan yang akan berhenti dan memakai bagian tersebut besar jumlahnya, seperti di sepanjang jalan tol, di sepanjang jalan arteri yang melintasi kota, dan di tikungan-tikungan yang tajam.
Besarnya lebar bahu jalan sangat dipengaruhi oleh:
·    fungsi Jalan-Jalan arteri direncanakan untuk kecepatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan jalan lokal. Dengan demikian jalan arteri membutuhkan kebebasan samping, keamanan, dan kenyamanan yang lebih besar, atau menuntut lebar bahu yang lebih lebar dari jalan lokal.
·         Volume lalu lintas
Volume lalu lintas yang tinggi membutuhkan lebar bahu yang lebih lebar dibandingkan dengan volume lalu lintas yang lebih rendah.
·         Kegiatan disekitar jalan
Jalan yang melintasi daerah perkotaan, pasar, sekolah, membutuhkan lebar bahu jalan yang lebih lebar daripada jalan yang melintasi daerah rural, karena bahu jalan tersebut akan dipergunakan pula sebagai tempat parker dan pejalan kaki.
·    Ada atau tidaknya trotoar.
·         Biaya yang tersedia sehubungan dengan biaya pembebasan tanah, dan biaya untuk konstruksi.
Trotoar (Jalur Pejalan Kaki/Side Walk)
Trotoar adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu lintas yang khusus dipergunakan untuk pejalan kaki (pedestrian).


Lebar trotoar
Lebar trotoar yang dibutuhkan ditentukan oleh volume pejalan kaki, tingkat pelayanan pejalan kaki yang diinginkan, dan fungsi jalan. Untuk itu lebar 1,5 – 3,0 m merupakan nilai yang umum dipergunakan.
Saluran Samping
Saluran samping terutama berguna untuk:
·              Mengalirkan air dari permukaan perkerasan jalan ataupun dari bagian luar jalan.
·              Menjaga supaya konstruksi jalan selalu berada dalam keadaan kering tidak terendam air.
                       Drainase
Drainase adalah tempat saluran air yang terdapat pada pinggir jalan atau rumah dan sekitarnya (parit)
Ø  Saluran drainase sisi jalan
Untuk tujuan pedoman ini, saluran drainase sisi jalan termasukterjunandan saluran terbuka, saluran alami yang berhubungan dengan gorong – gorong dan jembatan tidak dimasukkan walaupun  beberapa komentar berikut.
Kadang – kadang dapat diterapkan untuk saluran tersebut, dan adapun banyak prinsip hidrolik dan morfologi yang dibahas dalam seksi 6dan  pedoman ini diterapkan kerancangan saluran drainase sisi jalan yaitu adalah :
1.      Keamanan dan estetika
saluran yang aman untuk kendaran yang secara kebetulan keluar dari jalan kendaraan, umumnya memenuhi efisiensi hidrolik saluran.
2.      Bentuk.
Bentuk saluran umumnya ditentukan untuk lokasi tertentu oleh pertimbanga lahan, rezimaliran dan banyaknya aliran yang disaluran.
3.      Batas arus
Pembatasan arus mungkin diharapkan atau diperlukan untuk :
a.       memperkecil pemeliharaan
b.      melawan gaya erosi air yang mengalir.
c.       Menaikkan kecepatan atau pemindahan untuk memperbaiki efisiensi hidrolik, atau
d.      Membatasi ukuran saluran untuk pertimbangan tanah jalan atau keamanan.
4.      Superelevasi.
Gaya momentum yang terkandung dalam air mengalir mengakitbatkan superelevasi aliran dan konsentrasi pada bengkokan yang dapat mengakibatkan erosi dalam saluran berbatas tidak keras.
5.      Aliran superkritis.
Aliran superkritis sekitar bengkokan sangat sulit dianalisis karena karakteristik pola gangguan gelombang melintang.
6.      Aliran subkritis
Saluran yang menyalurkan aliran subkritis biasanya tidak menjupai masalah yang berkaitan dengan superelevasi.
Ø  Terjunan dan selokan terbuka
Kata – kata terjunan ( chute ) dan selokan terbuka ( flume ) sering digunakan secara sinonim dalam mengartikan saluran terjali terbuka yang digunakan untuk menyalurkan air menuruni kemiringan (lereng)
Ø  Konstruksi kendali gradasi
Dimana kondisi diperlukan untuk menyalurkan air dari elevasi tinggi ke elevasi rendah dan penggunaan terjunan atau selokan tidak praktis, gradasi saluran dapat dibangun dengan kemiringan yang lebih datar dan “ cek selokan atau bangunan terjun “ digunakan untuk menyelesaikan perubahan elevasi total.
Ø  Bengkokan dan lengkungan.
Bengkokan ( bend ) dan lengkungan ( curvel ) dalam pembatas saluran sisi jalan kadang – kadang diperlukan untuk memantapkan lahan alami dan geometri jalan. Dan kalau dirancang dan dibangun dengan tapat, ganguan negatif yang disebabkan oleh luas transisi akan dihilangkan oleh lengkungan utama ( 7, 10 , 17 ).
Ø Pertimbangan konstruksi
Penampilan yang memuaskan setiap salurang terbuka sangat tergantung pada rancangan konstrusi maupun rancangan hidrolik. Dalam merencanakan semua jenis saluran, persyaratan pondasi dan kemampuan bahan menahan tekanan yang diberikan padanya harus dipertimbangkan.
1.         Penyelidikan subpermukaan.
Saluran terbuka buatan manusia yang dirancang untuk arus utama atau selokan sisi jalan harus menyertakan perlengkapan sebelah bawah, dan erosi dasar dan tebing.
2.        Penulangan untuk batas keras.
Saluran dengan penulangan konstruksi namun, saluran beton yang lebih kecil, selokan dan saluran terbuka mungkin memerlukan suatu jenis penulangan untuk berfungsi tepat dan stabilitas konstruksi.
 




BAB III
PELAKSANAAN PRKATIKUM
3.1  Pendahuluan
Sebelum melakukan Praktikum di lapangan yaitu pengukuran di atas permukaan bumi, sebaiknya kita harus memahami teori-teori serta alat dan bagian-bagiannya dimana alat tersebut ada dua macam yaitu theodolit dan waterpass karena apabila kita langsung turun di lapangan tanpa memahami betul cara kerja, maka biasanya kita akan sulit serta bisa mendapat data yang salah karena disebabkan kurangnya pemahaman kita dalam pengukuran di lapangan.
Adapun dua cara pengukuran di lapangan yaitu :
1.      Pulang Pergi
2.      Double Stand      
3.2  Prosedur Pengukuran 
3.2.1.      Penyipat datar (Waterpass)
Pelaksanaan Praktikum Ilmu Ukur Tanah Pada Laboratorium Jurusan Teknik Sipil UMI, dapat dibagi menjadi tiga aspek yaitu :
A.    Materi praktikum
Dalam ilmu ukur tanah, materi praktikum yang disampaikan pada mahasiswa terdiri :
1.      Menentukan lokasi
2.      Pemasangan patok kayu dalam jalur tertutup atau terbuka sebanyak 10 buah setiap jarak 30 M, patok kayu sebagai patok utama yang menunjukkan sumbu jalur, sedangkan patok lain yang lebih kecil sebagai titik detail.
3.      penempatan lokasi patok harus aman berada pada daerah stabi serta mudah ditemukan kembali, khususnya pada patok terakhir ( bila polygon terbuka ).
4.      Letak statik diusahakan diantara dua patok yang sama jauh.
5.      Menyetel nivo agar berada di tengah – tengah lingkaran kecil.
6.      Mengarahkan teropon ke patok belakang.
7.      Pembacaan benang tengah ( BT ), benang atas ( BA ), dan benang bawah ( BB ).
8.      Kemudian alat mengarah ke patok depan.
9.      Menentukan situasi/detail ( lihat cara pada sket detail waterpas ).
10.  Melakukan berulang – ulang sampai selesai.
11.  Melakukan cara diatas untuk mengambil data pulang.
12.  Cara pengambilan data ada dua cara yaitu :
-                    Pulang pergi
-                    Double stand
13.  Pengukuran sifat datar untuk mendapatkan beda tinggi titik dengan membaca ketiga benang diafragma alat waterpas baik pato utama maupun pato detail.
B.    Pelaksanaan Asistensi
Pelaksanaan asistensi dilakukan diruang laboratorium ilmu ukur tanah atau sesuai dengan persetujuan dari asisten.
C.  Pembuatan laporan praktikum
Pembuatan laporan dibuat perorangan oleh peserta praktikum, dan disetujui sertya diberi nilai oleh asisten. Isi laporan mulai dari pendahuluan teori dasar waterpas, pelaksanaan praktikum serta pengungkapan kesimpulan dan saran – saran. Disamping itu terlampir gambar situasi profil memanjang dan melintang . 
3.2.1        Theodolit
Pelaksanaan praktikum ilmu ukur tanah pada laboratorium jurusan teknik sipil dapat diberi tiga aspek :
A.    Materi praktikum.
1.        Menentukan lokasi pengukuran.
2.         Sistem pemasangan patok sama dengan waterpas.
3.         Pemasangan static diletakkan ditengah pada patok.
4.        Pengaturan nivo tabung dengan menggunakan sekrum penyetel pada alat.
5.        Kemudian mengarahkan teropong pada patok belakang dengan membidik rambu ukur yang berada diatas patok.
6.        Kunci horizontal dikencangkan dengan menyetel teropong sedapat mungkin, kemudian mengerakkan pengunci halus  hal umtuk mencari angka yang bulat pada benang tangah lalu kunci vertical dikencangkan.
7.         Menyetel lensa okuler teropong dan medium menjadi jelas.
8.         Memutar tombol pemilihan sudut vertical dan dibaca.
9.        Membaca benang tengah, benang atas dan benang bawah.
10.    Memutsr tombol pemelihan sudut vertical yang dibaca.
11.     Kemudian membuka kunci horizontal.
12.     Mengukur tinggi alat untuk semua stadium.
13.     Kemudian melanjutkan dengan pembidikan kesituasi/detail di sekitar patok dianggap perlu.
14.    Semua hasil pengukuran ditulis di table data yang telah disiapkan.
15.    Semua data ditulis dengan data hitam.
16.     Pengukuran polygon untuk mendapatkan koordinat patok dalam seistem koordinat kartecius melalui pengukuran harisontal dan jarak horizontal.
17.    Pengukuran Techimetri untuk mendapat koordinat detail dalam sietem koordinat polar ( D, ) atau ( D,  ).
18.     Dalam pelaksanaan praktikum ilmu ukur tanah ini pengukuran polygon dilakukan serentak bersama pengukuran techimetri.
B.       Alat – alat yang digunakan.
1.     Alat ukur utama.
a.        Theodolit/waterpas dan perlengkapannya.
b.        Rambu ukur
c.        Rol meter.
2.    Alat penunjang.
a.       Payung.
Digunakan untuk melindungi pesawat dari panas matahari dan air hujan.
b.       Patok.
Digunakan untuk memberikan tanda as pada titik yang akan diukur, supaya titik yang dan yang lain saling terikat dengan baik.
c.       Spidol.
Digunakan untuk memberi nomor pada patok diatasnya agar mudah dikontrol apabila ada kesalahan.
d.      Papan tulis.
Sebagai alat Bantu yang dapat digunakan sebagai landasan menulis data pengukuran pada saat pengukuran berlangsung.
     

       

BAB V
PENUTUP
5.1  Kesimpulan
Dari hasil pengukuran dan pengelolaan data maka kami memperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1.   Luas polygon             =  1,46015171 Ha

1.      Pekerjaan galian             =  3855,9665        m3
2.      Pekerjaan Timbunan      =  550,2845          m3
5.2  Saran-Saran
  1. Sebaiknya sebelum melakukan praktek, perlengkapan alat serta keadaan dari pesawat itu harus diteliti, agar data yang kita dapatkan memenuhi kriterian
  2. Praktikan yang menggunakan alat secara langsung dilapangan sebaiknya dilakukan lebih dari 1 kali agar praktikan betul-betul mengetahui secara intensif (mandalam) pengoperasian pesawat.   
  3. Asisten sebaiknya pada saat asistensi harusnya lebih betul meneliti pengolahan data yang ada.


DAFTAR PUSTAKA
1.      Sinegar.I,1997, Dasar dasar pengukuran(Surveying),Jakarta:Erlangga.
2.      LAB IUT FT.UMI,( Pedoman ),Makassar:Lab Iut.FT.UMI.